Sinergi Pengelolaan Sumber Kekayaan Alam Di Laut Yang Diharapkan

Oleh : Ir. Subaktian Lubis, M. Sc


Pembangunan Kelautan 
Pembangunan Kelautan bukanlah sektor tunggal melainkan multi sektor dan multi fungsi, sehingga dalam pemanfaatannya diperlukan sinergi antar pengelola sumber kekayaan alam (SKA) di laut dan koordinasi lintas sektoral yang terkait dan kompeten di bidang kelautan.

Penyebab Amblasnya Sebagian Badan Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara: Second Opinion

Oleh: Subaktian Lubis, Puslitbang Geologi Kelautan

Kondisi Tanah Penyangga Badan Jalan
 Amblasnya sebagian badan jalan RE Martadinata, Jakarta Utara pada dini hari 16 September 2010, telah mengundang kontroversi mengenai penyebab utama yaitu aspek keteknikan dan aspek fenomena alam. Sebenarnya kedua aspek ini harus erat berkaitan karena konsep keteknikan yang baik seyogianya dirancang berdasarkan kondisi atau fenomena alam yang berpeluang besar mengakibatkan dampak.  Salah satu fenomena alam yang luput dari pengawasan keteknikan ini adalah perubahan karakter tanah penyangga yang telah mengalami perubahan sifat fisik akibat naiknya level genangan air tawar dan air laut yang berlebihan.

Potensi Hidrokarbon Pada Sub-Cekungan Busur Muka Simeuleu: Tanggapan Geologi Kelautan Sebagai “Second Opinion”

Penulis Artikel :
Subaktian Lubis, Susilohadi, Ediar Usman, Moh. Salahuddin, dan P. Hadiwijaya

Pendahuluan
        Berita pada media cetak Jakarta Post, 11 Februari 2008 serta munculnya polemik yang berkembang pada media elektronik tentang ditemukanya cadangan migas raksasa oleh BPPT di cekungan busur muka Simeulue yang terletak di lepas pantai sebelah barat Aceh dengan perkiraan cadangan mencapai 320 milyar barrel telah mengundang berbagai reaksi dari kalangan ahli geologi dan perminyakan Indonesia, karena angka cadangan yang dikemukakan termasuk spektakuler untuk ukuran cadangan pada cekungan-cekungan di Indonesia. Sebagai pembanding bahwa Saudi Arabia, yang mempunyai cekungan-cekungan raksasa dan cadangan terbesar di dunia, hanya mempunyai cadangan terbukti sebesar 264,21 milyar barrel.

Prospek Arus Laut Sebagai Energi

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Dunia

Perkembangan teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus laut sebagai energi baru terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir serta semakin maraknya issu pemanasan global yang mendorong untuk membatasi penggunaan bahan bakar hidrokarbon.

KEBIJAKAN HUTAN MANGROVE DI INDONESIA

Departemen Kehutanan sebagai departemen teknis yang mengemban tugas dalam pengelolaan hutan, maka landasan dan prinsip dasar yang dibuat harus berdasarkan peraturan yang berlaku, landasan keilmuan yang relevan, dan konvensi-konvensi internasional terkait dimana Indonesia turut meratifikasinya. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
A.   Pengelolaan Hutan Lestari
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dan oleh karena itu, maka pemerintah bertanggungjawab dalam pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan (Pasal 2). Selanjutnya dalam kaitan kondisi mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang memiliki, pengelola dan atau memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan konservasi (Pasal 43).

Tentang Terumbu Karang

  

Apakah terumbu karang?
Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.

Sistem informasi Geografi (SIG) dan Standarisasi Pemetaan Tematik


Lima puluh tahun yang lalu, kebanyakan orang memiliki hubungan atau interaksi dengan dunia nyata lewat informasi geografis yang divisualisasikan hampir seluruhnya hanya dengan dengan peta. Penggunaan peta pun relatif terbatas. sebuah peta biasanya hanya ada pada edisi terbaru majalah Geografi Nasional atau ditempel pada dinding kelas. Namun dalam dekade terakhir, penggunaan informasi geografis telah berkembang secara
eksponensial. Saat ini penggunaan SIG telah sangat terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari Teknologi geospasial yang bekerja di belakang layar berbagai program seperti peningkatan energi, produksi pertanian, dan mengetahui neraca air. Pemetaan adalah fitur yang diharapkan dari aplikasi ponsel dan situs web2. Teknologi SIG memungkinkan kita mencapai tujuan, membantu kondisi darurat dalam menemukan lokasi penyelamatan , dan semakin memberi kita pandangan yang lebih luas dari dunia kita.


Memasak Hidangan Laut

Negara kita merupakan negara kepulauan sehingga sangat mudah membentuk pola makan sehat dengan menu hidangan laut. Hidangan laut (seafood) adalah sumber protein, mineral, dan vitamin, juga mengandung omega 3 yang dianjurkan para ahli untuk kesehatan jantung.

CUACA BURUK DAMPAK GANGGUAN SIKLON TROPIS


CUACA buruk berupa hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini.

Info Tsunami


Tsunami Terkini


Tanggal / Jam Lokasi Magnitude Kedalaman Wilayah
11-Jan-12
01:36:57 WIB
2.41 - 93.09 7.1 SR 10 Km 334 km BaratDaya KAB-SIMEULUE

Turbin Arus Laut Antarkan Mahasiswa dan Alumni ITB Raih Juara I Mandiri Young Technopreneur Award


Sebanyak 13 anak negeri yang merupakan mahasiswa dan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil memanfaatkan arus laut sebagai pembangkit listrik sebesar 10 kVA yang bisa menyuplai kebutuhan listrik satu desa. Ide tersebut berhasil membawa mereka meraih Juara I Mandiri Young Technopreneur Award kategori energi terbarukan yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri baru-baru ini.

Sistem Kepercayaan Orang Laut di Kepulauan Riau

Sistem 
Kepercayaan Orang Laut di Kepulauan Riau


Oleh Uun Halimah
Religi yang mengatur perilaku orang laut mengandung konsep dasar animisme-shamanisme, tetapi tidak meliputi semua aspek kehidupan mereka. Keyakinan mengenai hal-hal yang bersifat gaib mempengaruhi perilaku menanggapi roh-roh, kekuatan-kekuatan gaib, hari baik dan naas, hantu-hantu, mambang dan peri, dan sekaligus mencerminkan kekhawatiran mereka terhadap berbagai ancaman dunia gaib yang dapat merugikan atau mencelakakan kehidupan mereka.
Dunia roh tempa tinggal para hantu, mambang dan peri, identik dengan tempat-tempat tertentu. Hampir semua orang laut yakin bahwa roh Datuk Kemuning dan istrinya, yaitu saka (leluhur) datuk-moyang orang laut, bersemayam di Gunung Daik (Lingga). Roh-roh para anggota keluarga berada di tanjung, di pantai, kuala, suak, atau di bukit-bukit berbatu. Agar mereka aman melewati tempat-tempat tersebut, orang laut selalu memberi pemakan (sesaji), atau mereka minum air laut sedikit di tempat tersebut untuk menandakan bahwa mereka adalah “orang sendiri”, dan karena itu mereka berharap agar mereka tidak diganggu.
Orang laut juga percaya akan hantu-hantu penunggu sesuatu tempat, mambang dan peri, yakni makhluk-makhluk halus penghuni tempat-tempat yang dianggap angker dan dapat mencelakakan orang. Hantu selalu mereka bayangkan sebagai manusia, yang mereka sebut orang tanah, orang tanjung, orang lekuk, dan lain-lainnya, di samping sebutan-sebutan seperti hantu laut, hantu batu, hantu jeram, hantu sungai, dan sebagainya. Hantu-hantu tersebut di atas memang berasal dari dunia makhluk hantu.
Selain itu, ada hantu yang merupakan penjelmaan manusia seperti hantu polong. Ini adalah hantu orang Melayu karena menurut anggapan orang Laut, hanya orang Melayu saja yang mau mempelajari dan mengamalkan “ilmu pengasih”. Ia adalah hantu pencekik leher, yang menjelma sebagai manusia yang mengamalkan “ilmu pengasih”, yaitu berusaha memikat korbannya agar ia sendiri senantiasa tampak menarik.
Hantu penjelmaan manusia lainnya adalah pontianak (hantu mati anak), yaitu hantu penjelmaan wanita yang meninggal dunia sewaktu melahirkan, yang terutama mengganggu pria. Kemudian orang laut masih mengenal hantu dukang, atau hantu pengisap darah, yang merupakan penjelmaan dari bayi yang lahir tanpa nyawa (karena keguguran, lahir mati, dan sebagainya).
Orang laut juga percaya akan kekuatan gaib, yang antara lain bersumber pada benda-benda seperti buntat, batu akik, akar bahar, keris, dan sebagainya, dan pada benda-benda yang bersumber pada manusia. Bomoh (dukun) dianggap memiliki kekuatan gaib, yang dapat digunakan untuk tujuan baik maupun buruk, mencelakakan lawan, atau menghalau serangan lawan, serta menyembuhkan penyakit yang berasal dari perbuatan manusia maupun karena tersampuk (kerasukan atau “diganggu”) roh, hantu, dan sebagainya. Dengan kekuatan gaibnya, seorang bomoh dianggap mampu mengatasi gejala-gejala alam yang merugikan manusia, seperti menenangkan ombak dan badai.
Kesempatan orang untuk menjadi bomoh tak terbatas pada pria, wanita pun dapat menjadi bomoh yang sama besar peran dan pengaruhnya seperti bomoh pria. Antara bomoh yang satu dengan lain dapat timbul persaingan untuk memperebutkan pengaruh, yang kadang-kadang mereka lakukan secara terbuka dengan becoba (mengadu kekuatan gaib).
Kekuatan gaib dapat diwariskan kepada sanak keluarga, tetapi dapat juga diajarkan kepada orang lain. Sebelum pengetahuan itu diteruskan, harus dipertegas dahulu hubungan antara keduanya, yaitu bomoh sebagai buru, dan orang yang menerima pengetahuan itu sebagai muridnya, yang selanjutnya merupakan hubungan antara orangtua dan anak, yang diikat oleh prinsip-prinsip hubungan timbal-balik. Dengan adanya hubungan ini ada syarat untuk memberi imbalan atas pengetahuan yang diajarkan. Imbalan ini berupa pemberian hadiah-hadiah seperti sandang, uang, bahkan jaminan hidup.

Sumber: http://www.wacananusantara.org

Dampak Kenaikan Permukaan Laut Pada Lingkungan Pantai Indonesia

Dampak pemanasan global sudah sangat serius dan kian nyata berpengaruh dalam hidup keseharian kita. Meningkatnya suhu bumi menyebabkan lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulaunya perlu meningkatkan kewaspadaan nya, terutama dalam menghadapi dampak kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pantai dan pesisir Indonesia beserta infrastrukturnya, bahkan bukan tidak mungkin Indonesia menghadapi ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil terluar.

Dalam upaya mengantisipasi dampak kenaikan permukaan laut di lingkungan pantai negara kita, Bakosurtanal menyelenggarakan workshop sehari yang dibuka oleh Menristek. Workshop ini menghadirkan pembicara utama Kepala Bakosurtanal, Kepala BMKG, Kepala Balitbang Kementerian PU, Menko Kesra yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial, Deputi Bidang Pemetaan Dasar dan Deputi Bidang Sumber Daya Alam Bakosurtanal dan para pakar untuk menyampaikan pemaparan program dan pemikiran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi lembaganya serta kepakaran dari masing-masing pembicara.
Kebijakan dan program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat perlu disosialisasikan dan didiskusikan bersama dalam workshop ini. Strategi nasional yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Kegagalan kita dalam penanganan pemanasan global pada masa kini akan menghadapkan generasi mendatang pada bencana yang tidak dapat ditanggulangi.
Tantangan Indonesia bersama masyarakat dunia adalah bagaimana menghadapi kenaikan suhu bumi akibat emisi karbon dari aktivitas manusia (antropogenik) yang menyebabkan lapisan es di Kutub Utara dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan permukaan laut global sekitar 3 milimiter per tahun. Bila kenaikan suhu bumi tidak dapat ditekan maka dikhawatirkan lapisan es itu akan lenyap dan berakibat pada penenggelaman dataran pantai dan pulau-pulau kecil bukan saja di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia tetapi juga ribuan pulau di Indonesia dan pada akhirnya akan merubah peta wilayah yurisdiksi Indonesia.
Sekilas bila melihat besaran kenaikan permukaan laut global hanya sekitar 3 milimeter per tahunnya, sepertinya dampak pemanasan global ini di lingkungan pantai dapat diabaikan. Akan tetapi pada kenyataannya, pemanasan global telah menimbulkan dampak semakin seringnya siklon dan badai yang disertai banjir besar di perbagai kawasan pantai seperti badai Katrina di Pantai Lousiana tahun 2005, Siklon Sidr di Pantai Banglades tahun 2007 dan badai Nargis di Myanmar tahun 2008.
Kenaikan Permukaan Laut di Indonesia
Pemanasan global itu kenyataannya tidak merata tetapi bervariasi dari region ke region. Hasil pemantauan satelit altimetri yang diterbitkan oleh AVISO Perancis menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 9 mm/tahun di Indonesia bagian timur menghadap Samudra Pasifik. Data kenaikan permukaan laut dari hasil pengamatan Jaringan Stasiun Pasang Surut Nasional yang dioperasikan Bakosurtanal telah membuktikan konsistensinya dengan kenaikan permukaan laut hasil pengamatan satelit altimetri tersebut. Rekaman data pasang surut yang mengamati secara permanen sepanjang lebih dari 20 tahun menunjukkan variasi kenaikan permukaan laut sekitar 3 – 8 milimeter per tahun. Bahkan situasi di pantai utara Jawa agak lebih menghawatirkan, dimana data permukaan laut di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya menunjukkan terjadinya variasi yang lebih besar karena diperburuk oleh penurunan tanah sehingga kota-kota besar tersebut menjadi semakin rentan terhadap banjir rob. Dua pakar dari Deltares - Belanda menyampaikan kajian subsidensi dan konsep perlindungan pantai untuk Jakarta. Perubahan garis pantai dari hasil pemantauan di Semarang juga menunjukkan kecenderungan yang sama dan kota itu semakin rentan terhadap banjir rob. Kepala Balitbang Kementerian PU akan memaparkan rencana strategis penelitian dan pengembangan yang terkait dengan mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global yang akan dilaksanakan oleh Kementerian PU.
Penanganan dampak pemanasan global semakin menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan.
Terlebih, pemanasan global menjadi tantangan terbesar bagi keberlangsungan hidup makhluk yang ada dipermukaan bumi ini termasuk ancaman terhadap keanekaragaman hayati, meningkatkan berbagai hama dan penyakit. Tidak mengherankan bila Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) baru-baru ini mengeluarkan peringatan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global dapat menurunkan hasil pangan dan menimbulkan kelaparan diberbagai belahan bumi ini. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi tantangan kerawanan pangan ini akan disampaikan lebih jauh oleh Deputi Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial Kemenko Kesra dalam pemaparannya.
Dalam menghadapi tantangan pemanasan global ini, sangat diperlukan ketersediaan data dan informasi keruangan (geospasial) yang lengkap, akurat dan terkini sehingga perubahan iklim yang bervariasi secara spasial dapat terpantau secara optimal. Pemerintah kita saat ini sangat memerlukan kelengkapan data dan informasi geospasial yang meliputi seluruh wilayah Indonesia untuk adaptasi dan mitigasi. Kepala BMKG akan menyampaikan ketersediaan dan pengembangan sistem pemantauan dengan peralatan meteorologi dalam memantau perubahan iklim. Menristek dalam pemaparannya akan menyampaikan lebih jauh program iptek dalam menghadapi fenomena perubahan iklim secara tepat.
Undang-Undang Informasi Geospasial
Kepala Bakosurtanal akan memaparkan lebih jauh tentang keberhasilan upaya Bakosurtanal dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dalam mengusulkan Rancangan Undang-Undang Informasi Geospasial (RUU-IG) menjadi UU Informasi Geospasial (UU-IG) pada 5 April 2011. UU-IG ini penting diantaranya antara lain untuk: i) menjadi landasan kebijakan nasional dalam menjamin ketersediaan informasi geospasial, ii) pengaturan jenis informasi geospasial, iii) penegasan bahwa penyelenggaraan informasi geospasial dasar hanya dapat diselenggarakan pemerintah, iv) acuan untuk penyelengaraan, v) siapa pelaksana dan vi) siapa pembina, serta vii) ketentuan lainnya yang menjamin optimalnya pengaturan informasi geospasial.
Data dan informasi geospasial merupakan hal strategis dalam pengambilan keputusan secara efektif dan efisien di berbagai sektor. Indonesia sebagai negara kepulauan serta kebutuhan atas data dan informasi geospasial yang lebih mudah diakses, terkini dan dapat dipertanggungjawabkan semakin nyata dirasakan, antara lain untuk menjawab tantangan ketika terjadi peristiwa kebencanaan. Langkah strategis dan program kerja nasional dalam penyediaan data dan informasi geospasial dasar akan lebih jauh dipaparkan oleh Deputi Pemetaan Dasar Bakosurtanal.
Data dan informasi geospasial adalah merupakan suatu unsur strategis yang dapat dijadikan dasar untuk perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya wilayah, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan yang diperlukan untuk kelangsungan pembangunan, seperti yang diuraikan oleh Deputi Sumber Daya Alam Bakosurtanal. Ketersediaan data dan informasi geospasial tersebut diharapkan dapat mendukung tercapainya target pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Sinergi penyediaan data dan informasial dasar dan tematik sebagaimana diatur dalam UU IG akan mendukung pengelolaan sumber daya alam dan buatan yang efisien, efektif dan berkelanjutan. Pemanfaatan data dan informasi geospasial bersama dimaksud dapat direalisasikan apabila data dan informasi SDA yang berada di berbagai instansi dihimpun dalam sistem basis data terpadu melalui jaringan data nasional sebagaimana yang telah diamanatkan melalui Peraturan Presiden Nomor 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JSDN) guna menyelesaikan masalah pemanfaatan data dan informasi geospasial secara bersama.
Diharapkan melalui workshop ini dihasilkan suatu rekomendasi strategis dan realistis untuk dapat dilaksanakan dalam program adaptasi dan mitigasi. Melalui workshop ini juga akan disampaikan pemaparan pentingnya percepatan penyediaan data dan informasi geospasial untuk memantau dampak pemanasan global di wilayah Indonesia yang lebih optimal seperti yang diamanatkan pada UU-IG. Selain itu pengembangan jaringan observasi seperti pasang surut laut, GPS dan berbagai sensor cuaca semakin dirasakan penting untuk kajian yang lebih akurat tentang dampak kenaikan permukaaan laut dan perubahan iklim di Indonesia.
(Oleh: Dr. Asep Karsidi, MSc, Kepala Bakosurtanal)

Sumber: http://www.bakosurtanal.go.id/

Kerugian Ekonomi Akibat Kerusakan Laut 2 T Dolar AS

Perubahan iklim akan berdampak luas pada kondisi bumi, salah satunya adalah peningkatan permukaan air laut. Dampak ekonomi dari persoalan kelautan itu sendiri diperkirakan sebesar  2 triliun dolar AS.

Laporan dari Stockholm Environment Istitute menyebutkan, angka tersebut berdasarkan skenario peningkatan temperatur bumi sebesar empat derajat celcius pada tahun 2100. Kondisi ini akan berpengaruh pada kemampuan laut menyerap karbon dari atmosfer. Akibatnya, hal tersebut akan berpengaruh kuat pada perekonomian, terutama di sektor perikanan, pariwisata, dan kelauatan.

"Jika peningkatan temperatur bisa ditahan pada dua derajat celcius, maka dampak ekonominya bisa ditahan pada 1,4 triliun dolar AS," kata peneliti dari Stockholm University, Kevin Noone, seperti dilansir Newscientist.

Noone menambahkan, angka USD 2 triliun bukanlah skenario kasus terburuk. Angka tersebut belum termasuk perhitungan beberapa faktor yang sulit dinominalkan, seperti nilai dari spesies-spesies yang akan punah karena habitatnya rusak.

"Pentingnya nilai laut tidak bisa dipandang remeh. Setiap nafas yang kita hela (oksigen) berasal dari organisme yang hidup di laut," tandasnya.

Sumber: http://www.republika.co.id/

Awas! Mabuk Laut Permanen Usai Wisata dengan Kapal

Biasanya orang akan mengalami mabuk laut ketika menggunakan transportasi laut tapi sesudah di darat orang akan pulih lagi. Tapi mabuk laut permanen bisa fatal, efeknya bisa berlangsung hingga bulanan bahkan tahunan dan si penderitanya jalan oleng bagai orang mabuk.

Mabuk permanen yang istilah medisnya Mal de Debarquement Syndrome (MdDS) dialami seorang ibu dengan 2 anak yang membuatnya tidak mampu merawat anaknya.

Mal de Debarquement Syndrome (MdDS) adalah ketidakseimbangan atau sensasi yang bergoyang-goyang, terkadang kondisi ini dirasa dan dilihat oleh seseorang setelah terpapar gerakan dan paling sering setelah pelayaran laut atau penerbangan. Untuk itu kondisi ini disebut dengan mabuk laut permanen.

Umumnya meski kapal sudah mendarat, ia terus merasa masih seperti di laut bahkan ia tidak mampu untuk berjalan normal. Meski normalnya kondisi ini bisa terjadi sementara, tapi pada orang dengan MdDS gejala ini bisa terjadi selama berminggu-minggu, bulan bahkan bertahun-tahun.

Gejala ini tidak akan pergi atau hilang, tapi tidak bisa pula diatasi dengan obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh orang untuk mencegah mabuk laut. Sampai saat ini para ahli juga belum menemukan obat untuk menyembuhkan kondisi ini.

Kondisi ini dialami Michele Marie Roberts (51 tahun) saat ia mendarat dari perjalanannya dari Los Angeles ke Hawaii pada Desember 2007 dengan menggunakan kapal pesiar keluarga, namun saat pulang Michele tiba-tiba mengalami pingsan.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, ia secara resmi didiagnosis dengan suatu kondisi langka yang disebut Mal de Debarquement Syndrome (MdDS) pada Juni 2008. Kondisi ini tidak diketahui penyebabnya atau bagaimana cara menyembuhkannya.

"Saya pernah menggunakan kapal pesiar beberapa kali, tapi saya selalu perlu waktu lebih lama daripada orang lain untuk mampu menyentuhkan kaki di tanah. Tapi kali ini saya langsung tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda," ujar Michele, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (24/3/2012).

Michele menuturkan gejala pertama kali muncul adalah ia sering tersandung atau mengeluarkan kata-kata yang aneh saat di kapal pesiar, sehingga seringkali orang berpikir bahwa ia sedang mabuk. Beberapa orang bahkan menyuruhnya untuk konsumsi banyak air putih saat itu.

"Saya mengalami disorientasi dan tidak bisa berjalan dalam garis lurus, saya pun tidak bisa bertahan ketika kapal sedang mengemudi atau pun bergerak. Saya merasa seperti ditarik dan terdorong secara bersamaan," ujar Michele.

Michele yang sudah berusia 51 tahun ini menemukan bahwa olahraga teratur bisa memberikan bantuan padanya untuk mengurangi gejala yang muncul, sehingga membuatnya lebih mudah menjalani hidup.

"MdDS telah mengubah dan membuat hidup saya berbeda. Saya berubah dari perempuan yang memiliki tujuan hidup untuk merawat keluarga, tapi sekarang saya menjadi perempuan yang harus hidup sendiri dan tak mampu merawat anak-anak," ungkap Michele.

Sumber: http://health.detik.com/

Relief Dasar Laut (Geografi)

Muka bumi berbentuk bermacam-macam, tidak hanya yang meliputi daratan namun juga termasuk dasar laut. Baik daratan maupun dasar laut permukaannya tidak rata seperti apa yang kita duga, namun berbeda-beda antara tinggi dan rendahnya. Ada pula yang perlu kita ketahui bahwa bentuk muka bumi ini tidak tetap akan tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini disebabakan oleh energi atau tenaga yang dihasilkan/berasal dari dalam bumi dan tenaga yang berasal dari luar bumi.

Endogen merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi sedangkan untuk tenaga yang berasal dari luar bumi disebut tenaga eksogen. Akibat dari kedua tenaga tersebut bumi selalu mengalami perubahan dan bentuk permukaan bumi. Ada yang berupa gunung dalam laut, perbedaan tinggi rendah permukaan bumi disebut relief. Relief tidak hanya terdapat di daratan tetapi juga di dasar laut. Pada umumnya relief dasar laut terbentang dari utara ke selatan.
Relief dasar laut dapat dibedakan atas:
a. Shelf, yaitu kdasar samudera yang dangkal sepanjang pantai yang dalamnya -200 m. Shelf masih termasuk bagian sebuah benua. Di kawasan shelf banyak terdapat ikan.
b. Plat (dangkalan), yaitu dasar samudera yang dangkal. Plat merupakan dasar laut yang luas dan dalamnya kurang lebih 20 m. Plat masih termasuk bagian sebuah benua. Seperti hanya shelf, di daerah plat banyak terdapat ikan. Kita mengenal 3 macam dangkalan, yaitu:
- Dangkalan Sunda, yaitu dasar laut antara Sumatera, Jawav, dan Kalimantan dengan kedalaman rata-rata 40-45 m. Daerah ini termasuk Benua Asia.
- Dangkalan Sahul, yaitu dasar laut antara Irian dan Australia dengan kedalaman rata-rata 45-60 m. Daerah ini termasuk Benua Australia.
- Dangkalan Laut Utara, yaitu laut di sekitar Kepulauan Inggris. Dangkalan ini termasuk Benua Eropa.
c. Palung laut atau trog, yaitu ingresi di laut yang bentuknya memanjang. Contohnya Pulau Mindanao (1.005 m), Palung Sunda (7.450 m), Palung Kai (7.440 m), Palung Tongga (9.184 m), Palung Mariana (11.040 m, terdalam di dunia), Palung Laut Jepang (9.433 m).
d. Lubuk laut atau basin, yaitu laut ingresi bentuk bulat. Contohnya, lubuk Sulu, lubuk Sulawesi, lubuk Banda, lubuk Karibia.
e. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya mulai dari dasar laut. Contohnya, Gunung Mauna Lao di Hawai, Gunung Krakatau, dan Gunung Laut di Eslandia.
f. Pegunungan laut, yaitu bukit di dasar laut. Contohnya, punggung Laut Siboga, punggung Laut Maskarenen, dan punggung Laut Walvis.
g. Ambang laut atau drempel, yaitu bukit di dasar laut yang terletak di antara dua laut yang dalam. Contohnya, ambang Laut Gibraltar, ambang Laut Sulu, ambang Laut Sulawesi.
Selain itu, relief dasar laut dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
1. Landas Benua (Continental Shelf), yaitu dasar laut yang berbatasan dengan benua. Lembah beberapa sungai yang terdapat di continental shelf merupakan bukit bahwa suatu ketika coninental shelf ini merupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng Benua (Continental Slope), terdapat di pinggir continental shelf. Sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 50. Zona ini mencapai kedalaman sampai 1500 m.
3. Dataran Laut Dalam (Deep Sea Plain), meliputi dua per tiga dari seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1500 m. Relief di zona ini bervariasi, dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4. Dasar Laut (The Deeps), yaitu dasar lautan dengan ciri adanya trog dan mencapai kedalaman yang besar. Di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000 m. Zona ini meliputi sebagian kecil dari dasar lautan.

Sumber: http://afghanaus.com/

Kapal 'Hantu' Korban Tsunami Jepang Muncul di Laut Kanada

Sebuah kapal laut berbendera Jepang yang diduga merupakan korban tsunami setahun yang lalu, secara mengejutkan mengapung di lepas pantai barat Kanada, Jumat (23/3/2012).
Kapal yang memiliki panjang 15 meter itu terpantau oleh sebuah pesawat yang tengah melintas di sekitar perairan Provinsi British Columbia di titik 275 km, dari Kepulauan Haida Gwaii. Seperti dikutip dari BBC, Minggu (25/3/2012).
Belum bisa dipastikan apakah ada manusia dalam keadaan hidup mengemudikan kapal itu atau tidak. Diperkirakan kapal berberat jutaan ton tersebut, terseret gelombang tsunami hingga menyeberangi lautan Pasifik. Kapal diketahui terdaftar sebagai alat angkut asal Hokkaido, Jepang.
Menurut Kementerian transportasi Kanada, pihaknya tengah mengawasi kapal itu, agar tak menganggu lalu lintas pelayaran setempat. Mereka menilai kapal itu kini sudah menjadi sampah laut semata.
Tsunami besar yang menerpa di bulan Maret tahun lalu itu, diperkirkan membuan delapan juta ton sampah dan puing, ke laut, menurut peneliti di Universitas Hawaii.  Satu hingga dua juta ton lainnya, diperkirakan hingga kini masih mengapung di permukaan laut.
Maria Cantwell, seorang senator AS dari negara bagian Washington, mengatakan kapal misterius ini diperkirakan akan terus mengapung lambat ke arah selatan.(25/03/12)

Sumber: http://www.tribunnews.com/

Gelombang laut di perairan Bengkulu dua meter

Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, gelombang laut di perairan Bengkulu 12 jam ke depan rata-rata dua meter.

Gelombang laut dua meter itu juga terjadi di perairan Enggano dan perairan barat Bengkulu, kata analisis BMKG Stasiun Meteorologi Fatmawati Soekarno Bengkulu Suparwi, Minggu.

Ia menjelaskan, angin di perairan Bengkulu bertiup dari arah barat hingga timur dengan kecepatan antara 03--17 knots dan angin di perairan Enggano bertiup dari barat hingga utara dengan kecepatan berkisar 05--18 knots.

Sedangkan angin di Samudra Hindia barat Bengkulu bertiup dari arah Barat hingga Barat laut dengan kecepatan antara 07--18 knots, di wilayah itu juga berpeluang cerah dan berawan.

Dari citra satelit cuaca terlihat daerah liputan awan dan hujan berada di sebagian wilayah Sumatera bagian Selatan, Selat Malaka dan Samudera Hindia barat Seumelue.

Angin di wilayah Bengkulu pada umumnya bertiup dari arah Barat hingga Timur Laut dengan kecepatan antara 05--30 kilometer perjam atau berkisar 03--17 knots.

Cuaca di wilayah Bengkulu 12 jam ke depan pada umumnya berpeluang hujan ringan pada malam hari, suhu udaranya berkisar 24--32 drajat celcius dan kelembaban antara 58--96 persen.

Sedangkan di Kabupaten Seluma dan Kaur diprakirakan terjadi berawan dan cerah, dengan suhu dara berkisar 23--32 derajat Celcius dan kelembaban berkisar 60--95 persen, ujarnya.


Sumber: http://www.antaranews.com/